Jumat, 08 Juni 2012

ddst


FORMAT PENGKAJIAN
DEVELOPMENTAL SCREENING TEST II
STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
 











Nama Mahasiswa        :  I Wayan Alit Darmayuda
NIM                            :  11. 321. 1195
Kelas                           :  A5, D


1.      IDENTITAS ANAK
Nama                                : Gusti Ngurah Oka Mahardika
Tanggal lahir                    : Badung, 04 juli 2006
Jenis kelamin                    : Laki-laki
Agama                              : Hindu
Pendidikan                       : TK
Alamat                             : Br. Dama, Desa Tibubeneng

2.      IDENTITAS ORANG TUA
Nama                                : -
Tanggal lahir                    : -
Jenis kelamin                    : Laki-laki
Agama                              : Hindu
Pendidikan                       : -
Pekerjaan                          : Swasta                      
Alamat                             : Br. Dama, Desa Tibubeneng

3.      RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
a.                               Pesonal sosial/kemandirian begaul
Guru/pengasuh mengatakan bahwa anak sudah mampu mengembangkan kemampuan kemadiriannya dalam berbagai bidang seperti memakai pakian sendiri, mampu bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

b.                              Motorik Halus
Guru/pengasuh mengatakan bahwa anak sudah mampu mengembangkan motorik halusnya seperti menggambar, mewarnai gambar, menangkap bola dan, moronce manik-manik.

c.                               Bahasa
Guru/pengasuh mengatakan bahwa anak sudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang baik.

d.                              Motorik Kasar
Guru/pengasuh mengatakan bahwa anak ini adalah anak yang aktif saat diadakan permainan yang bersifat mengembangkan motorik kasarnya.




4.      PENGHITUNGAN UMUR
Tanggal test      :2012-03-31
Tanggal lahir    :2006-07-04     -
                            5     -08-27
Umur anak       : 5 tahun 8 bulan 27 hari           Di bulatkan menjadi 5 tahun 9  bulan



5.      PELAKSANAAN TEST DDST II
SEKTOR
RESPON ANAK
KESIMPULAN
Personal sosial



·     Anak dapat menyiapkan makanan sendiri
·     Anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan
·     Anak dapat bermain permainan kartu
·     Anak dapat berpakaian tanpa bantuan
Perkembangan anak dalam batas normal dan tidak ada keterlambatan dalam perkembangan Personal sosial.
Motorik halus





·     Anak dapat bentuk
·     Anak dapat menggambar orang
·     Anak dapat mencontoh mebentuk      dengan petunjuk
·     Anak dapat memilih garis yang lebih panjang
Perkembangan anak dalam batas normal dan tidak ada keterlambatan dalam perkembangan Motorik halus.
Bahasa





·   Anak dapat menggartikan 7 kata
·   Anak dapat menyebutkan 2 lawan kata
·   Anak dapat menghitung 5 kubus
·   Anak dapat mengerti 3 kata sifat
Perkembangan anak dalam batas normal dan tidak ada keterlambatan dalam perkembangan Bahasa.
Motorik kasar


·   Anak dapat berdiri pada 1 kaki selama 6 detik
·   Anak dapat berjalan lurus dengan tumit di depan jari
·   Anak dapat berdiri pada 1 kaki selama 5 detik
Perkembangan anak dalam batas normal dan tidak ada keterlambatan dalam perkembangan Motorik Kasar















6.      INTERPRETASI NILAI TES DDST II
Dalam melalukan tes semua item yang di ujikan kepada anak, anak dapat melakukan semua dengan baik sehingga anak dinyatakan lulus (P).

7.      KESIMPULAN DARI KEEMPAT SEKTOR
Anak dapat melakukan semua item yang diujikan kepada anak. Dapat di simpulkan dari sektor Personal Sosial, Motorik Halus, Bahasa, Motorik kasar anak dalam massa perkembangan yang normal sesuai dengan umur.

8.      SARAN KEPADA ORANG TUA/PENGASUH
Anak sudah mengalami Perkembangan yang normal, namu diharapkan kepada orang tua / pengasuh untuk selalu mengawasi perkembagan anak supaya tidak terjadi keterlambat perkembangan dan selalu memberikan metode pelatihan kepada anak.









































LAPORAN
DENVER DEVELOPMENTAL SCREENING TEST (DDST) II PADA ANAK (D.S. V.C. )
DI TK FAJAR HARAPAN TANGGAL 31-Maret-2012






OLEH :

NAMA        :  I Wayan Alit darmayuda
NIM            :  11. 321. 1195
KELAS       :  A5, D





PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AKADEMIK 2011/2012



KONSEP DASAR ANTROPOLOGI KESEHATAN


KONSEP DASAR
ANTROPOLOGI KESEHATAN





Nama          : I Wayan Alit Dharmayuda
Kelas          : A5 D
NIM           : 11.321.1195




PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
    1.4 Manfaat Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN MATERI 2
2.1  Konsep sehat menurut WHO dan Depkes RI 2
 2.2  Persamaan dan Perbedaan Definisi sehat menurut WHO dan Depkes RI 3
2.3 Definisi keperawatan4
2.4 Apa yang harus dimiliki oleh seorang perawat 5
PENUTUP6
3.1 Kesimpulan6
3.2 Saran6
DAFTAR PUSTAKA7







                                                                                   BAB I
                                                                   PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG

          Pada masa lalu, sebagian besar inividu dan masyarakat memandang kesehatan dengan sebelah mata, itu dapat dilihat dari tingkah laku masyarakat sehari-hari. Contohnya : ketika akan makan orang tersebut sering mencuci tangan tanpa menggunakan sabun, akibatnya kuman yang ada dalam tangan tidak akan mati sehingga ketika beberapa saat setelah makan akan merasakan sakit perut. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.

2.1  Rumusan Masalah
 
• Apakah definisi kesehatan menurut WHO dan Depkes RI ?
• Mengetahui persamaan dan perbedaan sehat menurut WHO dan Depkes RI ?
• Mengetahui definisi keperawatan ?
• Apa yang harus dimiliki oleh seorang perawat ?

1
3.1  Tujuan Penulisan

• Bisa mendefinisikan kesehatan menurut WHO dan Depkes RI
• Supaya perawat memahami definisi keperawatan
• Perawat mengetahui apa yang harus dimiliki oleh seorang perawat

4.1   Manfaat Penulisan
1.      Para pembaca dapat memahami konsep dasar antropologi kesehatan.
2.      Mengetahui definisi sehat menurut WHO dan Depkes RI dan definisi Keperawatan.
3.      Mengetahui apa saja yang harus di miliki oleh seorang perawat.

                                                                       BAB II
                                                       PEMBAHASAN MATERI

2.1   Definisi Sehat menurut WHO dan Dekes RI
          Suatu keadaan sehat jasmani, rohani dan  sosial yang merupakan aspek positif dan tidak hanya bebas dari penyakit serta kecacatan yang merupakan aspek negatif.
pembangunan kesehatan bagian dari pembangunan nasional yang merupakan upaya seluruh potensi bangsa baik masyarakat, swasta maupun pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya.

          Pendekatan yang digunakan pada abad ke-21, sehat dipandang dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber, 1994). Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.


2
2.2  Persamaan dan perbedaan definisi sehat menurut WHO dan Depkes RI

1. Persamaan
        Kesehatan bersifat menyeluruh dan mengandung empat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1.       Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya   keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2.      Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3.       Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau  kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4.       Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya




3
2. Perbedaa
        Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

        Menurut Depkes RI  konsep sehat sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dapat ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap adaftasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.


2.3  Definisi Keperawatan

          Keperawatan merupakan suatu profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan komunitas dalam mencapai, memelihara, dan menyembuhkan kesehatan yang optimal dan berfungsi. Definisi modern mengenai keperawatan didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dan suatu seni yang memfokuskan pada mempromosikan kualitas hidup yang didefinisikan oleh orang atau keluarga, melalui seluruh pengalaman hidupnya dari kelahiran sampai asuhan pada kematian.




4
2.4  Yang harus dimiliki oleh seorang perawat

          Untuk menjadi perawat ideal di mata masyarakat, diperlukan kompetensi yang baik dalam hal menjalankan peran dan fungsi sebagai perawat. Seorang perawat profesional haruslah mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Adapun peran perawat diantaranya ialah pemberi perawatan, pemberi keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manajer kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, penyuluh, dan peran karier. Semua peran tersebut sangatlah berpengaruh dalam membangun citra perawat di masyarakat. Namun, disini saya akan menekankan peran yang menurut saya paling penting dalam membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Peran–peran tersebut diantaranya ialah peran sebagai pemberi perawatan, peran sebagai pemberi kenyaman dan peran sebagai komunikator.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan merupakan peran yang paling utama bagi seorang perawat. Perawat profesional yang dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan terampil akan membangun citra keperawatan menjadi lebih baik di mata masyarakat. Saat ini, perawat vokasional memang masih mendominasi praktik keperawatan di rumah sakit maupun di tempat pelayanan kesehatan lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa perawat vokasional memiliki kemampuan aplikasi yang baik dalam melakukan praktik keperawatan. Namun, perawat vokasional memiliki pengetahuan teoritis yang lebih terbatas jika dibandingkan dengan perawat profesional. Dengan semakin banyaknya jumlah perawat profesional saat ini, diharapkan dapat melengkapi kompetensi yang dimiliki oleh perawat vokasional. Seorang perawat profesional harus memahami landasan teoritis dalam melakukan praktik keperawatan. Landasan teoritis tersebut akan sangat berguna bagi perawat profesional saat menjelaskan maksud dan tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikan secara rasional kepada klien. Hal ini tentu saja akan membawa dampak baik bagi terciptanya citra perawat ideal di mata masyarakat yaitu perawat yang cerdas, terampil dan profesional.
Kenyamanan merupakan suatu perasaan subjektif dalam diri manusia. Masyarakat yang menjadi klien dalam asuhan keperawatan akan memiliki kebutuhan yang relatif terhadap rasa nyaman. Mereka mengharapkan perawat dapat memenuhi kebutuhan rasa nyaman mereka. Oleh karena itu, peran perawat sebagai pemberi kenyamanan, merupakan suatu peran yang cukup penting bagi terciptanya suatu citra keperawatan yang baik. Seorang perawat profesional diharapkan mampu menciptakan kenyamanan bagi klien saat klien menjalani perawatan. Perawat profesional juga seharusnya mampu mengidentifikasi kebutuhan yang berbeda-beda dalam diri klien akan rasa nyaman. Kenyamanan yang tercipta akan membantu klien dalam proses penyembuhan, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat. Pemberian rasa nyaman yang diberikan perawat kepada klien dapat berupa sikap atau perilaku yang ditunjukkan dengan sikap peduli, sikap ramah, sikap sopan, dan sikap empati yang ditunjukkan


5
perawat kepada klien pada saat memberikan asuhan keperawatan. Memanggil klien dengan namanya merupakan salah satu bentuk interaksi yang dapat menciptakan kenyamanan bagi klien dalam menjalani perawatan. Klien akan merasa nyaman dan tidak merasa asing di rumah sakit. Perilaku itu juga dapat menciptakan citra perawat yang ideal di mata klien itu sendiri karena klien mendapatkan rasa nyaman seperti apa yang diharapkannya.
Peran perawat sebagai komunikator juga sangat berpengaruh terhadap citra perawat di mata masyarakat. Masyarakat sangat mengharapkan perawat dapat menjadi komunikator yang baik. Klien juga manusia yang membutuhkan interaksi pada saat ia menjalani asuhan keperawatan. Interaksi verbal yang dilakukan dengan perawat sedikit banyak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan klien. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar-sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, serta sumber informasi dan komunitas. Kualitas komunikasi yang dimiliki oleh seorang perawat merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas. Sudah seharusnya seorang perawat profesional memiliki kualitas komunikasi yang baik saat berhadapan dengan klien, keluarga maupun dengan siapa saja yang membutuhkan informasi mengenai masalah keperawatan terkait kesehatan klien.


                                                                             BAB III
                                                                           PENUTUP


3.1  Kesimpulan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Di sini perawat memiliki tugas membantu dalam pengobatan serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar terciptanya suatu kesehatan dari dalam maupun dari luar tubuh manusia.

3.2  Saran
kita harus selalu dalam keadaan yang dinamis di karenakan di mana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
sebagai seorang perawat kita harus mengetahui apa saja yang harus dimiliki oleh seorang  perawat, agar dapat menjadi perawat profesional.
                                                                              
6
DAFTAR PUSTAKA


http://keperawatansemester1.blogspot.com/2011/05/antropologi-kesehatan.html































7