FISIOLOGI SISTEM IMUNITAS
KELAS : A5-D
Disusun oleh:
Alit Dharmayudha 11.321.1195
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA
MEDIKA PPNI BALI
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa
ini,semakin banyak penyakit yang bermunculan.Penyakit system imun adalah penyakit
yang sedang ramai dibahas. Defisiensi sistem imun yang paling melekat
dimasyarakat adalahHIV/AIDS, padahal masih banyak penyakit sistem imun yang
terdapatdi sekitar kita. Defisiensi imun disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya
virus, mutasi, antigen,genetik dan lain sebagainya.
Melalui
makalah ini, kami mencoba untuk memberikan informasi mengenai Fisiologi system
imunitas.
.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas
maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan imunologi?
2. Bagaimanakah mekanisme imunitas dan
peran sel imun dan res ?
3. Bagaimanakah pembentukan antigen
antibody, fungsi dan peran antigen antibody ?
C. TUJUAN
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka tujuan yang di dapat dalam membuat paper ini yaitu
untuk dapat mengetahui tentang yang dimaksud dengan imunologi, mekanisme
imunitas dan peran sel imun dan res, pembentukan antigen antibody, fungsi dan
peran antigen antibody
D. MANFAAT
Setelah
membahas atau membuat paper ini maka kita dapat mengetahui tentang imunologi,
mekanisme imunitas dan peran sel
imun dan res, serta pembentukan antigen antibody, fungsi dan peran antigen
antibody
E.
METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam
penulisan ini yaitu metode kepustakaan, dimana data-data yang diperoleh
didapatkan melalui buku-buku dan juga dari internet.
F.
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam
penulisan ini ialah :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
B. Rumusan
masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Metode
penulisan
F. Sistematika
penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Imunologi
B. Mekanisme imunitas, Peran Sel Imun
dan RES
C. Pembentukan anti gen antibody
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian Imunologi
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari
peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun
sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit
autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan
fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai
penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa
subdisiplin.
- Mekanisme imunitas, Peran Sel Imun dan RES
1.
Mekanisme imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah
sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap
pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta seltumor. Sistem ini mendeteksi berbagai
macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh
dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing
parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat
dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem
ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi
organisme. organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi
terhadap infeksi virus. Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada
keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga.
Mekanisme
tersebut termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin, fagositosis, dan sistem
komplemen. Mekanisme
yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya
evolusivertebrata. Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit
dan dinamin. Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem
vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih efektif.
Proses adaptasi membuat memori
imunologis dan
membuat perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan
patogen tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi
imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan
munculnya infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit
genetik, seperti severe
combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi,
seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan
normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit autoimun yang
umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan
penyakit adalah bagian dari penelitian.
2.
Peran sel imun
Didalam tubuh
kita terdapat mekanisme perlindungan yang dinamakan sistem imun. Ia dirancang
untuk mempertahankan tubuh kita terhadap jutaan bakteri, mikroba, virus, racun
dan parasit yang setiap saat menyerang tubuh kita.
Sistem imun
terdiri dari ratusan mekanisme dan proses yang berbeda yang semuanya siap
bertindak begitu tubuh kita diserang oleh berbagai bibit penyakit seperti
virus, bakteri, mikroba, parasit dan polutan. Sebagai contoh adalah cytokines
yang mengarahkan sel-sel imun ke tempat infeksi, untuk melakukan proses
penyembuhan.
SEL-SEL SISTEM IMUN
Sel-Sel dalam sistem imun :
a.
Fagosit monokulear
Sistem fagosit monokulear terdiri atas monosit dalam sirkulasi dan
makrofag dalam jaringan .
1). Monosit
Selama hematopoiesis dalam sumsum tulang, sel progenitor
granulosit/monosit berdiferensiasi menjadi premonosit yang meninggalkan sumsum
tulang dan masuk kedalam sirkulasi untuk selanjutnya berdiferensiasi menjadi
monosit matang dan berperan dalam berbagai fungsi. Monosit adalah fagosit yang
didistribusikan secara luas sekali di organ limfoid dan organ lainnya.
2). Makrofag
Monosit yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen,
berbentuk khusus yang tergantung dari alat/jaringan yang ditempati, dan
dinamakan sesuai dengan lokasi jaringan sebagai berikut :
a) Usus : makrofag intestinal
b) Kulit : sel dendritik atau sel langerhans
c) Paru ; makrofag alveolar, sel langerhans
d) Jaringan
ikat ; histiosit
e) Hati : sel kuppfer
f) Ginjal : sel mesangial
g) Otak : sel microglia
h) Tulang : osteoklas
Makrofag di aktifkan oleh berbagai rangsanggan, dapat memakan, menangkap,
mencerna anti gen eksogen, seluruh mikro organisme, partikel tidak larut dan
bahan endogen seperti sel penjamu yang cedera atau mati.
Makrofag sel utama
fagositosis. Terdiri dari 2 macam : makrofag bebas dan makrofag fiksasi
(tinggal di organ). Sel makrofag sebagai sel APC (Antigen Presenting Cell) yang
mempunyai molekul MHC. MHC kelas I aken mengaktivasi sel Tc, Kelas II
mengaktivasi sel Th, MHC kelas III menstimulasi sistem komplemen.
b.
Fagosit polimorfonuklear
Fagosit polimorfonuclear atau polimorf atau granulosit dibentuk dalam
sumsum tulang dalam kecepatan 8 juta/menit dan hidup selama 2-3 hari, sedang
monosit/makrofag dapat hidup untuk beberapa bulan sampai tahun. Granulosit
merupakan sekitar 60-70% dari seluruh jumlah sel darah putihnormal dan dapat
keluar dari pembuluh darah.
Granulosit dibagi menurut pewarnaan histologik menjadi neutrofil dan
eosinofil.
1) Neutrofil
Merupakan sebagian besar dari leukosit dalam sirkulasi. Biasanya hanya
berada dalam sirkulasi kurang dari 7-10 jam sebelum bermigrasi ke jaringan, dan
hidup selama beberapa hari dalam jaringan. Neutrofil mempunyai reseptor untuk
IgGdan komplemen
2) Eosinofil
Merupakan 2-5% dari sel darah putih orang sehat tannpa alergi. Seperti
neutrofil, eosinofil juga dapat berfungsi sebagai fagosit. Eosinofil dapat pula
di rangsang untuk degranulasi seperti halnya dengan sel mast dan basofil serta
melepas mediator. Eosinofil juga berperan dalam imunitas parasit dan memiliki
berbagai reseptor. Fungsi utama eosinofil adalah melawan infeksi parasit dan
dapat juga memakan antigen antibody.
Sel lain :
a.
Sel
dendritik : menyajikan antigen yang terikat
protein MHC kelas II
b.
Sel
Langerhans : menyajikan antigen yang terikat
protein MHC kelas II
Organ –Organ dalam Sistem Imun (Organ Limfoid) :
Berdasarkan
fungsinya :
a. Organ
Limfoid Primer : organ yang terlibat dalam sintesis/ produksi sel imun, yaitu
kelenjar timus dan susmsum tulang.
b. Organ Limfoid
Sekunder : organ yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses-proses
reaksi imun. Misalnya : nodus limfe, limpa, the loose clusters of follicles,
peyer patches, MALT (Mucosa Assosiated Lymphoid Tissue), tonsil.
3.
RES
(Reticuloendothelial System)
RES adalah bagian
sistem imun yang terdiri dari sel-sel fagosit yang terdapat pada reticular
connective tissue terutama adalah monosit dan makrofag.
Human Lymphoid
Sistem terdiri dari
Pembuluh limfatik, Organ limfoid, sel dan Jaringan imun, dan limfe (cairan
sistem limfoid)
Mekanisme Kerja Sel Imun :
a. NK cell (Natural Killer Cell)
Bekerja
secara non-spesifik (tanpa pengenaan lebih lanjut), tapi buka sel fagositik.
Bekerja dengan cara kontak langsung dengan sel terinfeksi. NK cell disebut
sebagai “immune surveylence” (seperti polisi dalam tubuh). Ketika NK cell
menempel pada sel terinfeksi, maka golgi dari NK cell akan mensekresi protein
killer (perforin). Perforin ini akan membentuk suatu ‘jembatan’ antara NK cell
dengan sel terinfeksi, melalui ‘jembatan’ ini terjadi pengeluaran elektrolit
berlebih dari sel terinfeksi yang menyebabkan litik osmotik. Peristiwa
penyerangan dengan ‘jembatan’ ini disebut membrane attack complex.
b. Sel B.Secara umum berfungsi sebagai APC. Sel B
akan menerima antigen kemudian melalui MHC kelas II, antigen ini disajikan ke
permukaan sel untuk mengaktivasi sel T helper. Sel T helper akan mensekresikan
sitokin yang dapat menstimulasi sel B berproliferasi menjadi sel memori, selain
itu juga mengaktifkan sel B untuk menjadi sel plasma penghasil antibodi.
c. Sel T. Setelah sel B berikatan dengan sel T
helper, sel T helper tidak bisa langsung teraktivasi tanpa adanya stimulasi
dari Co-stimulatory sitokin. Di antara yang termasuk sitokin adalah : IL
(Interleukin I,II,..dst); interferon α,β,γ; Tumor Necrosis Factor;
Prostaglandin, dll.
d. Non Specific Killer Cells. Yaitu : NK cell dan LAK cell;
ADCC (K) cell; Activated macrophage; Eosinophils (diaktivasi oleh IgE karena
IgE mentriger/memicu eosinofil untuk mengeliminasi cacing).
Respon imun humoral dan seluler :
Respons imun alamiah: respons imun alamiah tidak memiliki spesifisitas dan
memori sehingga pertahanan tidak meningkat dengan adanya infeksi berulang.
Respons ini diperankan oleh sel fagosit dan sel NK dengan menggunakan faktor soluble
yaitu lisosom, komplemen, acute phase proteins (CRP), dan interferon.
Mikroorganisme yang masuk dalam tubuh akan melalui dua mekanisme pertahanan
utama, yaitu efek destruksi oleh enzim yang bersifat bakterisidal dan mekanisme
fagositosis oleh sel-sel fagosit (gambar 4). Sel fagosit akan mengenali
berbagai mikroorganisme. Mekanisme ini akan menimbulkan respons inflamasi
akibat migrasi sel-sel yang terlibat dalam respons imun serta mengakibatkan
vasodilatasi.
Respons imun
adaptif terjadi melalui identifikasi dan pengenalan terhadap adanya
stimulus, misalnya bakteri dan virus. Respons ini memiliki tiga karakter utama,
yaitu spesifik, memori, dan intensitas yang bervariasi. Komponen respons imun
spesifik terdiri dari respons imun humoral dan respons imun seluler.
a. Respons Imun Humoral
Respons imun
humoral diawali dengan diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi (klon)
sama yang memproduksi antibodi spesifik dan limfosit B memori. Antibodi akan
berikatan dengan antigen untuk mengaktivasi komplemen yang mengakibatkan
hancurnya antigen tersebut. Tiga elemen penting dalam respons imun humoral,
yaitu: antibodi, reseptor sel T (T cell receptors), dan molekul MHC (Major
Histocompatibility Complex).7,19 Antibodi berfungsi untuk pertahanan host
karena menjadikan mikroorganisme infektif sebagai target, merekrut mekanisme
efektor host yang dapat merusak, menetralkan toksin, dan menyingkirkan antigen
asing dari sirkulasi. TCR berinteraksi bukan dengan antigen secara keseluruhan,
tetapi dengan segmen pendek dari asam amino (antigen peptida). Fungsi TCR
adalah untuk mengikat dan mengenali kompleks antigen spesifik dengan molekul
MHC. MHC berfungsi untuk menentukan kemampuan sistem imun seseorang dalam
membedakan self dan nonself, mengatur berbagai interaksi antara berbagai jenis
sel yang terlibat dalam respons imun, dan menentukan kemampuan individu untuk
bereaksi terhadap antigen spesifik dan kecenderungan untuk menderita kelainan
imunologik.
b. Respons Imun Seluler
Antibodi tidak
dapat menjangkau mikroorganisme yang berkembang biak intraseluler. Oleh karena
itu, sistem imunitas tubuh mengaktivasi limfosit T untuk menghancurkan
mikroorganisme tersebut. Setelah antigen eksogen diproses oleh APC, akan
terbentuk fragmen peptida yang kemudian dapat berinteraksi dengan TCR bersamaan
membentuk kompleks dengan MHC. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu Th
(CD4), untuk mengenal antigen bekerja sama dengan MHC kelas II. Antigen endogen
dihasilkan oleh tubuh inang. Sebagai contoh adalah protein yang disintesis
virus dan protein yang disintesis oleh sel kanker. Antigen endogen dirombak
menjadi fraksi peptida yang selanjutnya berikatan dengan MHC kelas I pada
retikulum endoplasma. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu Tc (CD8), untuk
mengenali antigen endogen untuk berikatan dengan MHC kelas I. Sel Th1 Pada
dasarnya, respons imun alamiah dan adaptif bekerja saling melengkapi. Sel-sel
imun saling berinteraksi dalam regulasi sistem imun.
- Pembentukan anti gen antibody
Antigen yang
masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B. Pengikatan
tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel
plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen
yang merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat
melekatnya antibody pada antigen disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya
antigen pada antibodi disebut variabel.
Fungsi dan
peran anti gen antibody pada mekanisme pertahanan tubuh :
Yang diartikan dengan
imunokompromais ialah fungsi sistim imun yang menurun. Sistim imun terdiri atas
komponen nonspesifik dan spesifik. Fungsi masing masing komponen atau keduanya dapat
terganggu baik oleh sebab kongenital maupun sebab yang didapat. Pada hal yang
akhir, sistim imun tersebut sebelumnya berfungsi baik. Hal inilah yang dalam
praktek sehari-hari dimaksudkan dengan imunokompromais.
Keadaan
imunokompromais yang sering ditemukan di dalam klinik dapat
terjadi oleh infeksi (AIDS, virus mononukleosis, rubela dan campak),
tindakan pengobatan (steroid, penyinaran, kemoterapi, imunosupresi, serum
anti-limfosit), neoplasma dan penyakit hematologik (limfoma/Hodgkin,
leukemi, mieloma, neutropenia, anemi aplastik, anemi sel sabit), penyakit
metabolik (enteropati dengan kehilangan protein, sindrom nefrotik, diabetes
melitus, malnutrisi), trauma dan tindakan bedah (luka bakar, splenektomi,
anestesi) dan lainnya (lupus eritematosus sistemik), hepatitis kronis)
terjadi oleh infeksi (AIDS, virus mononukleosis, rubela dan campak),
tindakan pengobatan (steroid, penyinaran, kemoterapi, imunosupresi, serum
anti-limfosit), neoplasma dan penyakit hematologik (limfoma/Hodgkin,
leukemi, mieloma, neutropenia, anemi aplastik, anemi sel sabit), penyakit
metabolik (enteropati dengan kehilangan protein, sindrom nefrotik, diabetes
melitus, malnutrisi), trauma dan tindakan bedah (luka bakar, splenektomi,
anestesi) dan lainnya (lupus eritematosus sistemik), hepatitis kronis)
Berbagai
'tnikroorganisme (kuman, virus, parasit, jamur) yang ada di
lingkungan maupun yang sudah ada dalam badan penderita, yang dalam
keadaan normal tidak patogenik atau memiliki patogenesitas rendah, dalam
keadaan imunokompromais dapat menjadi invasif dan menimbulkan berbagai
lingkungan maupun yang sudah ada dalam badan penderita, yang dalam
keadaan normal tidak patogenik atau memiliki patogenesitas rendah, dalam
keadaan imunokompromais dapat menjadi invasif dan menimbulkan berbagai
Penyakit. Oleh
karena itu penderita yang imunokompromais mempunyai
risiko yang lebih tinggi terhadap infeksi yang berasal dari badan sendiri
maupun yang nosokomial dibanding dengan yang tidak imunokompromais.
Untuk mengerti hal-hal yang dapat terjadi pada keadaan imunokompromais,
komponen-komponen sistim imun dan fungsinya masing-masing, respons
imun serta mekanisme eliminasi antigen perlu dimengerti dengan baik.
risiko yang lebih tinggi terhadap infeksi yang berasal dari badan sendiri
maupun yang nosokomial dibanding dengan yang tidak imunokompromais.
Untuk mengerti hal-hal yang dapat terjadi pada keadaan imunokompromais,
komponen-komponen sistim imun dan fungsinya masing-masing, respons
imun serta mekanisme eliminasi antigen perlu dimengerti dengan baik.
Tubuh manusia
mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua
jenis organisme/toksin yang merusak jaringan dan organ. Kemampuan
tersebut dinamakan kekebalan. Kekebalan dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu:
jenis organisme/toksin yang merusak jaringan dan organ. Kemampuan
tersebut dinamakan kekebalan. Kekebalan dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu:
1.
Kekebalan didapat/kekebalan khusus, yang membentuk antobodi serta limfosit
peka yang menyerang dan menghancurkan organism spesifik/toksin.
2.
Kekebalan bawaan/alamiah, membuat tubuh manusia resisten terhadap penyakit-penyakit
pada binatang, kolera, campak, penyakit virus yang membunuh. Kekebalan ini
disebabkan oleh proses berikut:
a.
Fagositosis bakteri dan penyerang lain oleh sel darah putih dan
sel dari sistem makrofag jaringan.
b.
Destruksi organisme yang tertelan dalam lambung oleh enzim-enzim
pencernaan.
pencernaan.
c.
Daya tahan kulit terhadap invasi oleh organisme asing.
d.
Adanya senyawa kimia tertentu dalam darah yang menyerang organism
asing/toksin dan menghancurkannya.
Tubuh manusia
mempunyai kekebalan spesifik yang sangat kuat terhadap tiap-tiap agen penyerang
seperti bakteri, virus, toksin. Sistem kekebalan didapat ini penting sebagai
pertahanan terhadap organisme penyerang karena tubuh tidak mempunyai kekebalan
bawaan/alamiah. Tubuh tidak menghambat invasi pada serangan pertama, tetapi
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu terserang menyebabkan sistem imun
khusus timbul dengan kuat untuk menahan penginvasi/toksin, sehingga timbul daya
tahan sangat spesifik untuk penginvasi tertentu dan tidak untuk penginvasi
jenis lainnya. Kekebalan didapat sering dapat memberikan proteksi ekstrim,
misalnya toksin tertentu/tetanus dapat memproteksi dalam dosis 100 ribu kali
jumlah yang akan menimbulkan kematian tanpa kekebalan tersebut. Karena alas an
ini proses yang dikenal dengan vaksinasi sangat penting dalam melindungi
manusia terhadap penyakit tertentu. Dalam tubuh manusia terdapat 2 jenis dasar
kekebalan yang didapat/khusus dan berhubungan sangat erat, yaitu:
1.
Kekebalan humoral, tubuh manusia membentuk antibodi yang beredar,
yang merupakan molekul globulin yang mampu menyerang agen penginvasi.
yang merupakan molekul globulin yang mampu menyerang agen penginvasi.
2.
Kekebalan seluler/limfositik, didapat melalui pembentukan limfosit
yang
sangat khusus dalam jumlah besar yang peka terhadap agen asing, yang
mempunyai kemampuan menyerang agen asing dan menghancurkannya.
sangat khusus dalam jumlah besar yang peka terhadap agen asing, yang
mempunyai kemampuan menyerang agen asing dan menghancurkannya.
Tiap-tiap toksin
atau jenis organisme penginvasi mengandung satu senyawa
kimia spesifik atau lebih yang membedakannya dari semua senyawa lainnya.
Umumnya senyawa ini adalah suatu protein, polisakarida besar, atau
kompleks lipoprotein besar, dan inilah yang menyebabkan kekebalan
didapat, zat ini disebut antigen. Hal sama pada jaringan, seperti jantung
yang ditransplantasikan dari manusia lain juga mengandung sejumlah
antigen yang dapat menimbulkan proses imun dan selanjutnya menyebabkan
destruksi cangkokan.
kimia spesifik atau lebih yang membedakannya dari semua senyawa lainnya.
Umumnya senyawa ini adalah suatu protein, polisakarida besar, atau
kompleks lipoprotein besar, dan inilah yang menyebabkan kekebalan
didapat, zat ini disebut antigen. Hal sama pada jaringan, seperti jantung
yang ditransplantasikan dari manusia lain juga mengandung sejumlah
antigen yang dapat menimbulkan proses imun dan selanjutnya menyebabkan
destruksi cangkokan.
Zat-zat yang
bersifat antigenik biasanya harus mempunyai berat molekul
yang besar, selanjutnya proses antigenisitas mungkin tergantung atas rantai
prostetik yang secara teratur timbul pada permukaan molekul besar, yang
mungkin menerangkan mengapa protein dan polisakarida hampir selalu
bersifat antigenik, karena mereka mempunyai kedua jenis sifat streokimia
ini.
yang besar, selanjutnya proses antigenisitas mungkin tergantung atas rantai
prostetik yang secara teratur timbul pada permukaan molekul besar, yang
mungkin menerangkan mengapa protein dan polisakarida hampir selalu
bersifat antigenik, karena mereka mempunyai kedua jenis sifat streokimia
ini.
Kekebalan didapat
adalah hasil dari jaringan limfoid tubuh. Pada orang yang
secara genetik tidak mengandung jaringan limfoid atau rusak oleh radiasi
atau zat kimia, kekebalan didapatnya tidak terbentuk. Jaringan limfoid
hampir selalu terletak pada nodus limfatikus, tetapi juga ditemukan dalam
jaringan limfoid khusus seperti limpa, daerah submukosa saluran
pencernaaan, dan dalam jumlah kecil pada sumsum tulang.
secara genetik tidak mengandung jaringan limfoid atau rusak oleh radiasi
atau zat kimia, kekebalan didapatnya tidak terbentuk. Jaringan limfoid
hampir selalu terletak pada nodus limfatikus, tetapi juga ditemukan dalam
jaringan limfoid khusus seperti limpa, daerah submukosa saluran
pencernaaan, dan dalam jumlah kecil pada sumsum tulang.
Walaupun sebagain
besar limfoit dalam jaringan limfoid normal, sel-sel ini
secara nyata dibagi atas 2 golongan, yaitu:
secara nyata dibagi atas 2 golongan, yaitu:
1.
Limfosit T, bergantung jawab dalam pebentukan limfosit yang
disensitisasi
yang memberikan kekebalan seluler, dimana Limfosit T dibentuk dalam
timus.
yang memberikan kekebalan seluler, dimana Limfosit T dibentuk dalam
timus.
2.
Limfosit B, untuk pembentukan antibodi yang memberikan kekebalan
humoral, dimana limfosit B dibentuk dalam hati fetus.
humoral, dimana limfosit B dibentuk dalam hati fetus.
Limfosit
bersikulasi dalam darah selama beberapa jam tetapi kemudian
terjebak oleh jala retikulum di dalam jaringan limfoid, selanjutnya limfosit
terus berproduksi dan tumbuh jaringan limfoid seluruh tubuh.
terjebak oleh jala retikulum di dalam jaringan limfoid, selanjutnya limfosit
terus berproduksi dan tumbuh jaringan limfoid seluruh tubuh.
Sebenarnya bila
orang menjadi kebal terhadap jaringannya sendiri, proses
kekebalan didapat akan menghancurkan tubuhnya sendiri. Untungnya,
mekanisme kekebalan normal mengenali jaringannya sendiri sebagai.
kekebalan didapat akan menghancurkan tubuhnya sendiri. Untungnya,
mekanisme kekebalan normal mengenali jaringannya sendiri sebagai.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
makalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa Imunologi adalah suatu cabang yang luas
dari ilmu biomedis yang mencakup kajian
mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. mekanisme imunitas pada organisme berfungsi melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta seltumor. Sistem ini mendeteksi berbagai
macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh
dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing
parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat
dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Peran sel-sel imun dikerahkan ke tempat
infeksi, untuk melakukan proses penyembuhan. RES adalah bagian
sistem imun yang terdiri dari sel-sel fagosit yang terdapat pada reticular
connective tissue terutama adalah monosit dan makrofag. Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan
dengan reseptor sel limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B
berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibody
yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang pembentukan antibody itu
sendiri.
B. SARAN
Dalam
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam penulisan paper ini
masih banyak kekurangan dan kejanggalan dalam penulisan paper ini, maka untuk
itu kami sangat mengharapkan motivasi dan bimbingan dari Bapak/Ibu Dosen
pengajar serta teman-teman, sehingga dapat kami gunakan sebagai acuan dalam
penulisan paper berikutnya.
Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu tersebut dalam praktek keperawatan dan bagi para pembaca
diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini dengan sebaik – baiknya sebagai
penambah ilmu pengetahuan
DAFTAR
PUSTAKA
-
Perry,
Potter. 2005. Fundamental Keperawatan volume 2. Jakarta: EGC
-
Perry,
Potter Peterson. 2005. Keterampilan dan Prosedur dasar. Jakarta: EGC
-
Potter, Perry.2006.Konsep Proses dan praktik, Fundamental
Keperawatan, vol. 2, edisi 4. Penerbit buku kedokteran EGC.
-
http://www.slideserve.com/lisa/imunologi-pendahuluan
-
Perry,A,G.&
Potter,P.A. 1999.Fundamental Keperawatan,buku
kedokteran.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar